Kamis, 08 Januari 2009

MAKANAN SEHAT YANG MENJADI MAKANAN SAMPAH

Semua makanan instan itu adalah makanan sampah (junk food). Itulah yang terpatri di benak kebanyakan orang. Akibat kampanye kesehatan yang dicerna agak miring, otomatis publik menganggap semua makanan instan adalah sampah atau lebih tepatnya merugikan kesehatan kita. Terlebih lagi jika makanan itu berasal dari budaya barat. Iklan memang kadang memberi efek berlebihan pada kehidupan kita. Padahal ada sejumlah makanan yang selintas kita anggap “
Beberapa makanan yang awalnya merupakan makanan sehat, tapi setelah terlalu dikomersilkan justru menjadi makanan sampah atau yang biasa disebut junk food, yaitu Pizza, Pizza bukan hanya kita di Indonesia, bahkan orang Amerika pun menganggap pizza masuk kategori junk food. Bisa jadi akibat bingung dengan iklan di televisi. Padahal di negara asalnya, Italia, ada hukum yang mengatur bagaimana komposisi pizza idealnya dibuat. Ditentukan mulai dari jenis tepungnya, tomat, mozarela, sampai ke minyak zaitunnya. Makanan ini jika diolah sesuai ketentuan merupakan makanan praktis lagi kaya gizi. Sayangnya, mulai banyak pizza yang diolah terlalu komersil sehingga mengandung terlalu banyak lemak, kalori, sodium, namun rendah gizi.
Yang kedua yaitu sereal, di Indonesia kini sarapan pagi yang biasa bermenu nasi uduk atau lontong sayur mulai digeser dengan sereal. Aslinya, sereal yang ideal terbuat atas gandum, oat atau beras. Intinya adalah bahan pangan untuk manusia. Kandungannya adalah protein, lemak sehat dan vitamin. sayang, mulai marak produsen makanan yang menambah bahan gula, sirup jagung, garam, makanan yang dikeringkan dan sejenisnya. Bahan-bahan inilah yang membuat sereal menjadi sampah di tubuh kita.
Berikutnya yaitu Popcorn, jangan terlalu ketagihan makan popcorn yang berasa asin dan menggoda. Pada dasarnya bahan jagung itu sehat, mengandung zat besi tinggi, kalori rendah dan sedikit gula, garam dan lemak. Sayang kini justru kandungan gula, lemak dan garamnya sangat luar biasa. Jauh lebih sehat menyiapkan popcorn sendiri di rumah dengan campuran garam dan gula yang terkendali.
Lalu ada the hijau, dipercaya berkhasiat mencegah kanker, teh hijau banyak dikonsumsi di Asia termasuk Indonesia. Teh ini mengandung antioksidan dan komponen lain yang katanya mengurangi risiko kanker, serangan jantung, bahkan membuat awet muda. Kini teh hijau banyak dijual dalam kemasan botol, ditambah beragam rasa agar menarik. Zat seperti gula, bahan penambah rasa dan pengawet justru membuat teh hijau bukan lagi minuman sehat.
Selanjutnya adalah yogurt,betul bahwa yogurt makanan sehat yang terbuat dari proses fermentasi bakteri. Proteinnya tinggi, kalsium dan vitaminnya memberi efek bagus pada tubuh. Kelamaan di pasar swalayan banyak dijual yogurt kemasan bermerek. Biasanya mengandung banyak gula dan buah yang diproses, lalu menyamar sebagai makanan sehat.
Tetapi bukan hanya karena persepsi masyarakat dan iklan saja yang menyebabkan makanan-makanan tersebut berubah menjadi junk food, melainkan juga disebabkan perubahan komposisinya juga. Seperti yang dipaparkan DR. Dr Saptawati Bardasono, MSc, Sekjen Pengurus Pusat Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) ¨Makanan seperti Pizza, Sereal,Popcorn, dan lain-lain sebenarnya bukanlah makanan yang termasuk junk food, hanya saja seiring berjalannya waktu komposisi dari makanan tersebut pun berubah, para produsen mulai menambahkan bahan-bahan seperti gula dan garam yang dapat menyebabkan berbagai penyakit dan membuat makanan tersebut menjadi sama halnya dengan makanan junk food lainnya,” terang DR. Saptawati saat ditemui di sebuah hotel Jakarta, Rabu (16/4).
Karena itu tidak semua makanan dianggap makanan junk food,tetapi karena pemahaman masyarakatlah yang membuat makanan tersebut adalah menjadi junk food padahal jika ditilik dari gizi dan nutrisi makanan tersebut, ada yang merupakan makanan sehat, tetapi seiringnya waktu dengan anggapan (persepsi) orang dan proses pembuatan makanan tersebut yang semakin lama semakin berubah maka makanan tersebut pun berubah menjadi makanan junk food.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar